Banjarnegara, wartaindonesianews co.id-Mengakhiri seluruh rentetan acara masa orientasi pesantren, Mumtaza di desa Prapas kabupaten Banjarnegara melaksanakan Apel Tahunan Khutbatul Arsy pada hari Selasa, 23 Juli 2024.
Upacara tersebut diikuti oleh 203 santri dan santriwati bersama 34 guru serta segenap pimpinan sekeluarga. Terdapat 21 barisan berdasarkan konsulat-komsulat yang berasal mulai dari Banjarnegara, Jawa Timur, Sumatera, Sulawesi, Bali, Bahkan hingga luar negeri.
Upacara dilaksanan mulai pukul 07.45 yang diawali dengan inspeksi barisan oleh bapak-bapak pimpinan yang kemudian diikuti dengan pengibaran bendera diiringi lagu Indonesia Raya.
Kemudian pimpinan Pondok Mumtaza, KH. Afit Juliat Nurcholis Lc, MA. memberi sambutan. Beliau menyampaikan kepada seluruh hadirin baik para santri santriwati maupun guru, yaitu analogi belajar di dalam pesantren berupa "Janganlah kalian seperti kera yang memakan manggis, baru menggigit sedikit kulitnya yang pahit, dilemparkan buah itu padahal di dalamnya ada daging buah putih nan manis." Hikmah nasehat ini adalah bahwa untuk meraih manisnya ilmu para santri tidak boleh mudah menyerah, tidak boleh malas, tidak boleh berleha-leha karena selama di Pesantren mereka akan ditempa menjadi generasi berintelektual dan saleh sebagai calon-calon pemimpin di masa depan.
Nasehat KH Afit sangat relevan dengan banyak nasihat Imam Syafii kepada umat Islam agar belajar dan menguasai ilmu pengetahuan, misalnya tentang Ilmu dan mencatat: “Ilmu bak buruan dan catatan adalah pengikatnya Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Sungguh bodoh jika kau berhasil memburu rusa namun kaubiarkan ia tak terikat di tengah makhluk lain”.
Selanjutnya tentang Belajar agar punya ilmu: “Belajarlah! Seseorang tidak dilahirkan sebagai seorang alim Pemilik ilmu tidak seperti seorang bodoh. Pemimpin satu kaum yang tak memiliki ilmu.
terlihat kecil jika dikelilingi pasukannya”. Dan Sabar dalam belajar: “Bersabarlah menghadapi sikap keras seorang guru. Karena kegagalan ilmu disebabkan oleh ketidaksabaran murid dalam menghadapinya. Siapa yang tidak pernah merasakan pahitnya belajar satu saat saja.
Niscaya ia akan menderita sepanjang hidupnya karena kebodohan”.
Setelah sambutan Pimpinan, kemudian dilanjutkan dengan pelantikan OPPM baru yang terdiri dari santri kelas 4, 3, maupun 2 KMI. Sebelum menandatangani perjanjian, Ustadz Althof menanyakan calon anggota OPPM atas kesiapan mereka mengemban amanah dalam menjalankan organisasi.
Acara dilanjutkan dengan kirab per konsulat dimana mereka berjalan dalam barisan per konsulat mengelilingi Perkampungan di sekitar Mumtaza.
Pesantren Mumtaza adalah balai pendidikan penyemaian muhafidz Quran yang sangat prestigious di kabupaten Banjarnegara; yaitu generasi perintis, pengembang, dan penerus tugas dakwah yang berakhlaq, kompeten dan kontributif bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.
Pesantren Mumtaza berdasarkan Islam. Pesantren Mumtaza diwakafkan kepada umat Islam dan menjadi milik umat Islam; bukan milik perseorangan, yayasan, kelompok tertentu atau golongan.
Pewarta: Sri Nuraeni
Editor: Nur S
Posting Komentar