PESANTREN MUMTAZA ADAKAN PELATIHAN GURU PENGAJAR BAHASA ARAB

 



Banjarnegara, wartaindonesianews.co.id --Dalam rangka menjawab kebutuhan guru Bahasa Arab yang kompeten di berbagai pesantren dan madrasah di seluruh Indonesia, Pesantren Mumtaza Banjarnegara mengadakan pelatihan guru Bahasa Arab Bersertifikat. Pelatihan ini dilaksanakan selama 30 hari mulai 7 Juni sd 6 Juli 2024 dan bertempat di kampus putra Pesantren Mumtaza. Seluruh peserta menginap 24 jam di kampus Mumtaza dan mengikuti seluruh kegiatan kepesantrenan dari bangun tidur hingga tidur lagi.


Pelatihan ini diikuti uleh 22 orang guru Bahasa Arab di luar Pesantren Mumtaza. Peserta terbanyak yaitu dari Provinsi Banten sebanyak 11 Ustadzah dan 7 Ustadz dari Pesantren Al-Amanah Al-Gontory. Selanjutnya 2 orang dan 1 orang Ustadzah dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu dari Pesantren Darul Ilmi. Dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ada 2 orang Ustadz dari Pesantren Baitus Salam Prambanan.


Pelatihan ini dibuka oleh Pimpinan Pesantren Mumtaza KH Afit Juliat Nurcholis, MA. Dalam sambutannya, Afit menyampaikan bahwa banyak tamu yang melakukan studi banding di Pesantren Mumtaza mengeluhkan sulitnya mencari guru pengajar Bahasa Arab yang kompeten. 


Guru yang kompeten dimaksud adalah guru-guru yang bisa mengajarkan Bahasa Arab sebagai sebuah keterampilan berbahasa; bukan sebagai sebuah ilmu Bahasa. “Hari ini sangat sulit dijumpai guru Bahasa Arab yang bisa mengajarkan keterampilan istima’ atau listening, keterampilan kalam atau speaking, keterampilan membaca atau reading, keterampilan menulis atau writing, keterampilan tarjamah atau translating, dan juga menguasai tata Bahasa Arab dengan standar,” ungkapnya.


Pelatihan ini sangat intensif mengingat total jam belajar sehari sebanyak 9 jam yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu 6 jam di kelas dan 3 jam di masjid. Pelatihan di kelas khusus untuk melatih semua keterampilan tersebut, dan di masjid khusus untuk melancarkan pengucapan kosa kata baru Bahasa Arab dengan mengambil sumber dari Al-Quran. 


“Model pelatihan ini mengadopsi system dan metode yang kami terapkan di Pesantren Mumtaza yaitu tidak memisahkan antara belajar Bahasa Arab dan belajar Al-Qur’an”, tambahnya dalam sambutan. Peserta akan mendapatkan banyak kosakata baru yang tidak pernah didengarnya dalam percakapan keseharian atau dalam bacaan di kelas dari buku-buku yang diajarkannya.



Hari pertama pelatihan setelah pembukaan, peserta mendapatkan pemaparan teori dan konsep didaktik metodik dalam pengajaran Bahasa Arab. Tak hanya itu, karakteristik guru pengajar yang ideal dalam pengajaran Bahasa Arab di lingkungan pesantren juga dibedah secara detail. Sesi pembukaan ditutup dengan pelatihan motivasi berprestasi (Achievement Motivation Training) yang difasilitasi langsung oleh KH Safrudin Wibowo, M.Pd, Pengasuh Pesantren Mumtaza sekaligus Direktur Excellence Center of Training and Development.


“Dalam kegiatan di kelas, pelatihan dibagi menjadi 4 sesi yang masing-masing terdiri dari 90 menit jam belajar. Sesi pertama adalah sesi melatih pendengaran dan membiasakan pengucapan dan pelafalan Bahasa Arab termasuk percakapan keseharian yang banyak dipakai pelajar di kampusnya. 


Sesi ini ditutup dengan tugas-tugas membuat ungkapan-ungkapan baru yang dipelajari menggunakan pengembangan kosakata yang baru juga. Sesi kedua adalah sesi menulis di mana semua peserta mulai membenarkan cara penulisan dari huruf sampai kata dan kalimat sempurna. Sesi ini diakhiri dengan menulis tugas yang diukur berdasarkan tahapan belajar siswa di kelas. Sesi ketiga adalah sesi membaca yang di dalamnya semua peserta dilatih membaca dengan metode skimming, scanning, intensive dan critical. 


Keempat metode tersebut jarang sekali diterapkan di berbagai jenjang pendidikan pesantren dan juga madrasah. Sesi ini diakhiri dengan banyak Latihan menjawab soal dan membuat soal. Kemampuan guru membuat soal yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang tepat sangat penting dan ditekankan dalam pelatihan ini. Di sesi terakhir adalah sesi tata Bahasa yang membedah kesalahan-kesalahan yang paling banyak terjadi dalam pengajaran Bahasa Arab”. Ungkap Safrudin dalam materinya.


Drs KH Abdus Syakur selaku pengirim kontingen terbanyak mengapresiasi upaya konkrit Pesantren Mumtaza di dunia Pendidikan khususnya kepesantrenan dan kemadrasahan dalam membantu sesama pesantren dan madrasah dalam mentransformasi metode pengajaran Bahasa Arabnya. 


Syakur juga menilai bahwa kenaikan rerata kemampuan peserta antara sebelum dan sesudah pelatihan yang dilihat dari hasil pretest dan post test yang meningkat dari rata-rata di semua keterampilan dan materi sebesar 3,9 menjadi 7,4 adalah hasil yang sangat signifikan. “Bagi kami, Mumtaza ini adalah Thoifnya, dan kami yang dari luar Thoif, belajar ke Mumtaza”, tutupnya.


Pewarta: Sri Nuraeni 

Editor: Nur S 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama