SMA N 1 BANJARNEGARA MENGUNDANG ILMUWAN JEPANG

 


Banjarnegara, wartaindonesianews.co.id-Sekitar 300 peserta didik kelas XII SMA N 1 Banjarnegara (30/8) memenuhi aula sekolah untuk mengikuti Kuliah Pakar Luar Negeri 2024. Dr FUJIKAWA Yoshinori, ilmuwan Waku Pro asal Hiroshima Jepang hadir sebagai nara sumber. Didampingi Kepala Sekolah, Sudarto, S.Pd., Dr FUJI menceritakan perkembangan budaya dan teknologi Jepang dari sejak zaman masih tradisional sampai hari yang serba modern.

 

Perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan Indonesia. Jepang berkembang sebagai negeri pencipta, pembuat teknologi, sementara Indonesia masih menjadi negara pemakai (user).


“Jepang sadar diri tanpa mengembangkan teknologi, Jepang tidak akan bisa hidup. Ekonomi Jepang tergantung pada industri-karena kami minim sumber daya alam. Jadi para ilmuwan Jepang dengan dukungan pemerintah selalu berinovasi menghasilkan produk-produk high technology yang bisa dibeli oleh bangsa lain di seluruh dunia,” jelas Dr FUJIKAWA.


Selain teknologi, budaya penting yang dimiliki bangsa Jepang adalah manner atau tata krama. Bangsa Jepang sangat menjaga hubungan baik dirinya dengan alam dan dengan sesama manusia. Mereka sadar jika kedua hal ini rusak maka kehidupan akan rusak secara keseluruhan. 


“Orang Jepang sangat menjaga alam; tidak sembarangan menebang pohon karena pohon adalah pemberi kehidupan dengan oksigen dan pelindung dari panas, dari longsor, dan masih banyak lagi. Bahkan kami percaya pohon, hutan, laut, semuanya punya penjaga (spirit). Kami juga sangat peka terhadap kebersihan, kerapian, dan keindahan karena semua itu memberikan efek kehidupan yang nyaman; hampir tidak ada orang Jepang yang suka buang sampah sembarangan. Kami diajari dan didik disiplin tinggi untuk mencintai kebersihan sejak kanak-kanak,” lanjut Dr FUJIKAWA.


Dr FUJIKAWA lantas menerangkan pentingnya saling menghormati budaya antar bangsa. Ketika seseorang tinggal di luar negeri dia harus mau belajar memahami budaya bangsa di negara yang ditinggali dan menghormatinya. Perbedaan budaya bukan sumber konflik melainkan bahan untuk belajar bersama-memahami keberagaman warga dunia.



Visiting Hiroshima City

Dalam paparannya Dr Fuji juga mengajak anak-anak menjelajah kota Hiroshima menggunakan shinkansen (kereta tercepat di dunia).  Jam kedatangan dan keberangkatan kereta terpampang jelas di stasiun dan juga di papan pengumuman digital di depan pintu masuk. 


Peserta didik diperlihatkan suasana di dalam kereta—dimana gerakan kereta sangat stabil meskipun kecepatan tinggi sehingga memungkinkan penumpang bekerja atau membaca di dalam kereta. Ketika penumpang akan turun di stasiun berikutnya dia harus menekan tombol “STOP” di dekat tempat duduk. Dan kereta lalu berhenti, menurunkan dan mengangkut penumpang. 


Setelah itu anak-anak dikenalkan dengan empat musim di Jepang: April hingga Mei: Musim semi (rentang suhu: 2°-24° C), Juni hingga Agustus: Musim panas (rentang suhu: 16°-30° C), September hingga November: Musim gugur (rentang suhu: 7°-27° C), Desember hingga Maret: Musim dingin (rentang suhu: -6°-20° C). Setiap musim masyarakat Jepang memiliki budaya dan tradisi tertentu. Misalnya.

 

Ketika musim panas tiba, masyarakat Jepang akan merayakannya dengan makan unagi atau belut. Mengkonsumsi unagi dipercaya dapat menambah energi pada saat musim panas. Kebiasaan ini berkaitan dengan istilah pada musim panas yaitu natsu bate yang berarti lemas atau lesu.



Festival bunga sakura atau biasa dikenal dengan sakura season ini akan berlangsung selama musim semi tiba. Ketika musim semi tiba kamu bisa mengikuti tradisi Hanami yang sering dilakukan oleh masyarakat Jepang. Kamu bisa merayakan tradisi Hanami ini sambil duduk dibawah pohon sakura dan berkumpul bersama keluarga maupun teman.


Ketika musim dingin telah tiba, saatnya masyarakat Jepang merayakan tradisi Setsubun. Tradisi ini dilakukan dengan berbagai ritual untuk mengusir setan. Tradisi Setsubun dilakukan setiap tanggal 3 pada bulan Februari.


Dr Fuji juga mengajarkan budaya masyarakat Jepang berupa tata krama. Katanya masyarakat Jepang ketika bertemu tidak berjabat tangan tetapi mengangguk atau menundukkan badan. Orang Jepang juga sangat menjaga janji. Menepati janji artinya menghormati waktu orang lain sehingga ketika ada pertemuan apapun orang Jepang selalu tepat waktu dan anti terlambat. 


Di penghujung paparan Dr Fuji juga mempertontonkan video seni klasik masyarakat Jepang yakni alat musik koto yang dimainkan secara modern oleh generasi millenials Jepang. Dia menekankan bahwa meskipun masyarakat Jepang berteknologi modern, namun warisan budaya leluhur masih mereka pertahankan dengan baik. 


Pewarta: Sri Nuraeni 

Editor :  Nur S 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama