Banjarnegara, wartaindonesianews.co.id-Sekolah Tinggi Agama Islam Tanbihul Ghofilin Banjarnegara menandatangani nota kesepakatan kerjasama kendidikan dan penelitian dengan Pusat Riset Waku Pro yang berbasis di Hiroshima University Jepang (2/9/2024).
Hadir Pembina Yayasan Tanbihul Ghofilin, KH. Hakim Annaisaburi Lc, Ketua STAI, para dosen, dan sekitar 250 mahasiswa STAI yang akan menerima kuliah umum pakar luar negeri dari Waku Pro.
Dr FUJIKAWA Yoshinori, executive committee member Waku Pro menandatangani nota kesepakatan kerjasama mewakili Waku Pro bersanding dengan Dwi Kuswianto, M.Pd., Ketua STAI. Bentuk kerjasama ini meliputi pertukaran peneliti, kolaborasi penelitian, publikasi internasional, pertukaran informasi, dan bahan-bahan riset.
Waku Pro Science Project adalah sebuah lembaga riset di bawah payung sejumlah universitas besar di Hiroshima Perfecture seperti Hiroshima University, Hijiyama University, dan Hiroshima Perfecture University yang didirikan pada tahun 2003. Adapun penyandang utama dana lembaga ini adalah Mazda Corporation, sebuah perusahaan besar automobile di Jepang.
Di kuliah pakar, Dr FUJI tampil memukau di hadapan 250 mahasiswa STAI di aula. Dia mengenalkan budaya Jepang mengambil teori ilmuwan Brook yang membagi budaya atau culture menjadi dua.
Culture dengan C besar merupakan representasi budaya yang jelas terlihat dalam keseharian misalnya makanan, pakaian, kesenian, dan sejenisnya. Sementara culture dengan c kecil adalah budaya yang tidak mudah terlihat misalnya tata cara makan (menggunakan tangan kanan bagi ummat Muslim), tata krama (manner), cara pandang (point of view), dan lain-lain.
Dr FUJI menandaskan bahwa setiap bangsa memiliki budaya sendiri-sendiri yang bisa saja berbeda dengan bangsa lain sehingga diperlukan rasa saling menghormati dan menghargai budaya antar bangsa dan jika diperlukan suatu bangsa harus belajar budaya bangsa lain sehingga terjalin hubungan yang kuat. Beberapa mahasiswa mendapatkan sovenir dari Jepang karena berhasil menjawab pertanyaan Dr FUJI.
Tampil pula dalam kesempatan itu Dr Tuswadi, anggota kehormatan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia memberikan paparan tentang "Budaya Penghancur Bangsa" Menurut Dr Tus, para generasi muda muda harus berbenah membangun diri dan masyarakatnya untuk memiliki budaya yang benar termasuk dalam memilih calon pempimpin.
Cara memilih calon pemimpin akan menentukan akan seperti apa masa depan dan kemajuan sebuah masyarakat dan bangsa sehingga diperlukan kecerdasan dan budaya cerdas di kalangan masyarakat untuk memilih dan memiliki sosok-sosok pemimpin di segala lini yang tepat, pintar, berkarakter, visioner, dan jauh dari perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Pewarta : Sri Nuraeni
Editor: Nur S
Posting Komentar